Rabu, 31 Desember 2025

Lima Wasiat Nabi Adam kepada Nabi Syits

Lima Wasiat Nabi Adam kepada Nabi Syits tentang Penyesalannya Terusir dari Surga

Nabi Adam a.s. berwasiat kepada putranya, Nabi Syits, tentang lima hal (Lihat Mukasyafatul Qulub, hal. 87). Wasiat ini juga diperintahkan untuk disampaikan kepada keturunannya. Adapun kelima wasiat tersebut sebagai berikut:

  1. Pertama

    Jangan merasa nyaman hidup di dunia. Karena dulu aku bersenang-senang di surga, namun akhirnya dikeluarkan darinya. Dunia hanyalah senda gurau, tipu muslihat, dan panggung sandiwara.

    اِعْلَمُوْٓا اَنَّمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَّلَهْوٌ وَّزِيْنَةٌ وَّتَفَاخُرٌۢ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِى الْاَمْوَالِ وَالْاَوْلَادِۗ ... وَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَآ اِلَّا مَتَاعُ الْغُرُوْرِ

    (QS. Al-Hadid: 20)

  2. Kedua

    Jangan selalu mengikuti kemauan istri. Karena sebab mengikuti bujuk rayu istriku memakan “buah khuldi”, aku menyesal.

    إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطانِ كانَ ضَعِيفاً

    (QS. An-Nisa: 76)

    إِنَّ كَيْدَكُنَّ عَظِيمٌ

    (QS. Yusuf: 28)

    Rasulullah ﷺ bersabda:

    مَا تَرَكْتُ بَعْدِيْ فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ

    (HR. Bukhari)

  3. Ketiga

    Sebelum bertindak, pikirkanlah akibatnya. Jika baik, lanjutkan. Jika buruk, tinggalkan. Penyesalan datang kemudian.

  4. Keempat

    Jika hati amat mencintai sesuatu yang negatif, jauhilah. Karena ketika aku memakan “buah khuldi”, hatiku tergoda hingga menyesal.

  5. Kelima

    Bermusyawarahlah dalam menentukan suatu perkara. Aku dahulu tidak bermusyawarah dengan malaikat sehingga menyesal.

    فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ... فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ

    (QS. Ali Imran: 159)

Oleh karena itu, resapi dan renungi wasiat Nabi Adam a.s. lalu amalkan dalam kehidupan sehari-hari.

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ، الْفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ، نَاصِرِ الْحَقِّ بِالْحَقِّ، وَالْهَادِي إِلَى صِرَاطِكَ الْمُسْتَقِيْمِ وَعَلىَ آلِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ العَظِيْمِ

Referensi Lihat Kitab Mukasyafatul Qulub, Hal. 87.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar